UJIAN
AKHIR SEMESTER
KAPITA SELEKTA
Dosen
Mohamad
Ali Murtadho, S.Kom, M.Kom

Oleh
:
Nama : Ichsan Royhanda Ardiansyah
NIM : 4117070
Kelas/Semester : B/6
PROGRAM
STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2020
1.Pengalaman saya Ketika belajar
online awalnya agak sedikit ada gangguan dikarenakan sinyal didaerah rumah saya
yang kurang baik dan setelah satu bulan baru saya memasang wifi nah disitu saya
dapat belajar dengan maksimal karena belajar secar online yang paling utama
sebenarnya sinyal kita
Untuk kendala selain sinya ada
tugas orang tua kadang jam yang akan kita ikuti untuk seminar berbenturan
dengan kegiatan saya dirumah jadi harus mengalah salah satu
Dan saya pun mendapat pengalaman
dari mengikuti berbagai situs online dan seminar yang berbau IT
2.Aktifitas selama belajar
dirumah yang utama seharusnya membutuhkan kuota atau jaringan yang memadai untuk
belajar secara daring dan online ,sudah banyak situs yang membuat kita untuk
meningkatkan skill kita terutama di dunia coding seperti dicoding ,dicoding
sendiri sangat bagus untuk yang ingin memperdalam ilmu coding dan banyak lagi
situs lainnya
Disini selama saya mengikuti
kegiatan daring secara online banyak hal yang sya ikuti mulai dari seminar
online yang pembicaranya merupakan tokoh IT hebat dan saya bisa ambil pengalaman
dari situ Ketika beliau memberikan pengalaman selama didunia IT,sebenarnya
belajar secara online juga efektif untuk jenjang perkuliahan karena mahasiswa
saya rasa sudah dituntut untuk memperdalam ilmunya secara mandiri dan tidak
hanya mengandalkan dosen ataupun
ilmu dari kampus untuk mengembangkan diri supaya dapat bersaing nantinya
didunia kerja
3. Peran Teknologi Data dalam Mitigasi
Penyebaran COVID-19
Direktur Jenderal World
Health Organization (WHO) menyatakan pada tanggal 30 Januari 2020 bahwa virus
corona atau yang sekarang disebut COVID-19, sebagai public-health emergency of international concern.
Tidak disangka bahwa enam minggu setelah pengumuman tersebut, WHO menyatakan
bahwa COVID-19 merupakan sebuah pandemik.
Jika dibandingkan dengan
virus-virus sejenis yang sebelumnya telah beredar dalam dua abad terakhir
seperti SARS, dan Ebola, Covid-19 perlu menjadi perhatian khusus mengingat
tingkat penyebaran dan infeksi virus ini yang tergolong cepat. Penyebaran
COVID-19 juga “diperparah” dengan situasi dunia saat ini yang semakin terhubung
dan terkoneksi, baik secara fisik maupun digital.
Pemerintah
di berbagai negara menerapkan kebijakan social distancing atau
sering juga digunakan istilah physical distancing, yaitu
kebijakan non-farmasi untuk mencegah penyebaran wabah dengan cara menjaga jarak
antara setiap individual dan mengurangi frekuensi pertemuan diantara mereka.
Banyak negara memanfaatkan teknologi untuk dapat mengetahui efektivitas
kebijakan dimaksud.
Namun
karena perkembangan infrastruktur teknologi komunikasi yang berbeda pada
masing-masing nagara, kita menyaksikan berbagai model pemanfaatan teknologi
data yang menarik untuk menjadi pelajaran.
Penggunaan
Teknologi Data oleh Negara
COVID-19
sudah menjangkau lebih dari 190 negara. Dengan karakteristik tingkat penyebaran
yang tinggi, semakin banyak negara, terutama dengan tingkat pasien positif
tinggi, yang mengandalkan teknologi data untuk memitigasi dan memonitor
penyebaran COVID-19 di negaranya masing-masing. Memang, terdapat kontroversi
tersendiri terkait dengan penggunaan teknologi data ini, terutama di
negara-negara demokratis, yang menyangkutpautkannya dengan perlindungan privacy seseorang.
Menurut
penelitian yang telah dilakukan pada saat epidemi serupa terjadi sebelumnya,
data telepon seluler memainkan peranan yang penting dalam membendung penyebaran
sebuah penyakit epidemik. Sebagai contoh, penggunaan data telepon seluler sudah
menunjukkan potensi dalam memprediksi penyebaran spasial virus kolera selama
epidemi kolera di Haiti pada tahun 2010, sementara penggunaan analisis data
juga menunjukkan efektivitasnya selama krisis Ebola di kawasan Afrika Barat
pada tahun 2014-2016.
Dalam
kasus Swiss, di mana sudah terdapat lebih dari 15.000 orang yang positif
terjangkit COVID-19, Pemerintah setempat telah bekerja sama dengan operator
seluler terbesar di Swiss, yaitu Swisscom, untuk mendeteksi dan melihat apakah
masyarakat mematuhi imbauan Pemerintah, serta untuk melihat penyebaran
kerumunan masyarakat dengan menggunakan data pengguna telepon genggam. Analisis
data tersebut dilakukan secara anonim, sehingga tidak mengganggu privasi
seseorang atau pengguna telepon genggam.
Kerja
sama Pemerintah Swiss dengan operator seluler ini semata-mata dalam rangka
mengurangi penyebaran pandemik COVID-19
Kita
juga dapat melihat bagaimana negara-negara lain memanfaatkan teknologi data
yang tersedia untuk mengatasi COVID-19 ini. Di Amerika Serikat (AS), sejumlah
startup sedang mengerjakan aplikasi untuk memantau dan melacak infeksi dan
penyebaran COVID-19.
Pemerintah
AS juga sedang berbicara dengan Facebook, Google dan perusahaan teknologi
lainnya tentang kemungkinan menggunakan data lokasi dan pergerakan dari telepon
genggam untuk memerangi COVID-19. Negara-negara Eropa memanfaatkan jaringan
telepon genggam secara anonim untuk mengamati seberapa baik masyarakatnya
mematuhi imbauan Pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.
Kebijakan
yang lebih keras dilakukan oleh Israel. Pemerintah setempat dapat melacak
pasien atau individu yang dinyatakan positif COVID-19, sementara Iran juga
mengambil langkah serupa yang memungkinkan Pemerintah melacak individu yang
positif melalui aplikasi khusus.
0 komentar:
Posting Komentar